NV
Garuda Indonesian Airways (GIA) dibentuk sebagai kerjasama ( joint
venture) antara Pemerintah Indonesia dengan maskapai penerbangan
Kerajaan Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM), dan pertama
kali beroperasi pada tahun 1949 dengan beberapa DC-3 serta PBY Catalina
yang merupakan bekas dari maskapai Hindia Belanda KNILM. Setelah
kemerdekaan Indonesia diakui oleh Kerajaan Belanda pada 27 Desember
1949, Garuda mulai menambah armadanya dengan pesawat-pesawat baru,
seperti De Havilland Heron dan Convair 340. Penambahan armada ini terus
dilakukan hingga pada tahun 1953 Garuda memiliki 43 pesawat. Pada saat
itu hingga tahun 1969, Garuda menyandang logo Garuda klasik merah putih.
Sisi atas pesawat berwarna putih dan merah di sepanjang jendela
melambangkan bendera nasional Merah Putih.
Sebelum Garuda Indonesia
Penerbangan komersil perdana milik Indonesia dilakukan oleh Indonesian
Airways dengan pesawat DC-3 “Seulawah” pada 26 Januari 1949 dengan rute
Calcutta-Rangoon sebagai bagian dari charter pemerintah Burma. Sehari
setelah pengakuan kedaulatan Indonesia, pada 28 Desember 1949 DC-3
PK-DPD melakukan penerbangan dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput
Presiden Soekarno, yang menjadi penerbangan pertama dari NV Garuda
Indonesian Airways. Pada tahun 1956, Garuda melakukan pelayanan
penerbangan perdana bagi jemaah haji Indonesia ke tanah suci Mekkah di
Saudi Arabia menggunakan pesawat Convair 340.
Era 60-an adalah era di mana Garuda
mengalami pertumbuhan pesat. Ini ditandai dengan datangnya banyak armada
pesawat jenis baru. Di tahun 1961, Garuda mendatangkan pesawat
turboprop Lockheed L-188 Electra, Convair CV990 yang dipakai melayani
rute Jakarta-Amsterdam, serta Douglas DC-8 untuk menggantikan CV990
didatangkan 5 tahun kemudian. Armada-armada pada era itu secara
keseluruhan diperkuat dengan: DC-3/C-47 Dakota, Convair 340, Convair
440, Lockheed L-188 Electra, Convair 990A, Fokker F-27 dan DC-8.
Di awal era Orde Baru, Garuda melakukan
modernisasi. 1971 menjadi tahun dimulainya Garuda menjadi pemakai
terbesar dari armada Fokker F28 dengan kedatangan F28-1000 pertama
mereka PK-GJZ. Selain itu, modernisasi juga ditandai dengan meluncurkan
brand dan logo yang lebih modern, dengan logotype “garuda” dan
menyandang nama Garuda Indonesian Airways. Livery yang modern ini
di-update pada akhir 1970an dengan warna tambahan berupa oranye di badan
pesawat, yang saat ini dikenal dengan livery “hockey stick”. Logo ini
bertahan hingga tahun 1985.
Era keemasan Garuda di tahun 80-an
diawali dengan didatangkannya armada berbadan lebar Boeing 747-200. Pada
tahun 1982, di bawah asuhan sang maestro Wiweko Soepono, Garuda
memberikan inovasi kepada dunia penerbangan dengan sistem “Wiweko
cockpit”, atau yang lebih dikenal dengan Forward Facing Crew Cockpit
yang kemudian langsung diterapkan pada Airbus A300B4 yang dibeli oleh
Garuda. Dua tahun kemudian, jumlah armada Garuda terdiri dari Boeing
747-200, DC-10, Airbus A300B4, DC-9 dan F28. Pesawat F-28 Garuda
berjumlah 36 unit yang menjadikan Garuda Indonesia sebagai operator F28
terbesar di dunia. Pada tahun 1985, logo oranye Garuda diganti menjadi
logo yang diharapkan mampu untuk disejajarkan di era persaingan terbuka
industri penerbangan baik di kalangan nasional maupun internasional.
Logo ini menggambarkan burung modern dengan tulisan Garuda Indonesia,
didominasi warna biru dan hijau yang diambil dari warna alam Indonesia.
Pada tahun 1994, armada berbadan
terlebar era 90-an pun dibeli oleh maskapai Garuda, yaitu Boeing
747-400, serta regenerasi Fokker F28 dan DC9 dengan Boeing 737 Classic
(-300, -400, dan -500). Di awal era 90-an ini pula lah Garuda
mengembangkan strateginya menjadi jangka panjang hingga mencapai era
millennium. Garuda mengalami goncangan finansial pada krisis moneter
1998 dan belum dapat bangkit dari keterpurukan di awal masa reformasi.
Di tahun 2005, terjadi perombakan pada tim manajemen Garuda yang
melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi secara menyeluruh. Garuda
berhasil menjadi salah satu dari 30 maskapai terbesar di dunia.
Program Quantum Leap Garuda Indonesia
dicanangkan pada 2009 setelah Garuda melakukan restrukturisasi
manajemen. Quantum Leap bertujuan mentransformasi Garuda Indonesia
menjadi salah satu maskapai terbaik dunia. Salah satu strategi program
ini adalah dengan melengkapi armadanya dengan armada berteknologi
mutakhir yaitu Airbus A330-200 dan Boeing 737-800 Next Generation yang
dilengkapi dengan servis premium di atas kabin pesawat, serta In-Flight
Entertainment (Audio-Video on Demand) di tiap kursi. Di tahun yang sama,
Garuda kembali melakukan modernisasi dan peremajaan dengan brand
rejuvenation yang dilakukan oleh Landor Associates di Los Angeles.
Konsep “Nature’s wing” diperkenalkan di seluruh armada Garuda Indonesia
yang membawa kesan modern dan fresh di setiap pesawat. Sebagai wujud
kesiapan Garuda menantang dunia penerbangan Internasional,
di tahun 2011 Garuda mulai menawarkan saham perusahaan kepada publik
(initial public offering/IPO) dengan terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Tahun 2012 ditandai dengan strategi regional Garuda yang baru, dengan
armada baru Bombardier CRJ1000 Next Generation yang akan melayani
rute-rute antar kota di seluruh Indonesia melalui hub Garuda di Medan,
Surabaya, Balikpapan dan Makassar. Konsep layanan terbaru Garuda
berbunyi “Garuda Indonesia Experience” yang menitikberatkan pada
kombinasi keramahan dan suasana khas Indonesia yang berakar pada budaya
tanah air.
No comments:
Post a Comment